China Telecom Latih Model AI 1 Triliun Parameter Menggunakan Chip Buatan Dalam Negeri

Profile
Bahrul Rozak

15 Oktober 2024

China Telecom Latih Model AI 1 Triliun Parameter Menggunakan Chip Buatan Dalam Negeri

China Telecom, salah satu raksasa telekomunikasi milik negara, telah mengembangkan dua model bahasa besar (LLM) yang sepenuhnya dilatih menggunakan chip yang diproduksi di dalam negeri.

Terobosan ini menandakan langkah penting dalam upaya China untuk mandiri dalam teknologi AI, terutama dengan adanya pembatasan akses terhadap semikonduktor canggih dari AS untuk pesaingnya.

Menurut Institut AI perusahaan, salah satu model, TeleChat2-115B, dan model lainnya yang belum disebutkan, dilatih menggunakan puluhan ribu chip buatan China. Pencapaian ini sangat berarti mengingat ketatnya aturan ekspor AS yang membatasi kemampuan China untuk membeli prosesor kelas atas dari Nvidia dan perusahaan asing lainnya. Dalam pernyataan yang dibagikan di WeChat, institut AI menyatakan bahwa pencapaian ini menunjukkan kemampuan China untuk melatih LLM secara mandiri dan menandai era baru inovasi serta kemandirian dalam teknologi AI.

Skala model-model ini sangat mengesankan. China Telecom menyebutkan bahwa LLM yang belum disebutkan memiliki satu triliun parameter. Dalam istilah AI, parameter adalah variabel yang membantu model belajar selama pelatihan. Semakin banyak parameter yang dimiliki, semakin rumit dan kuat AI tersebut.

Perusahaan-perusahaan China berusaha mengejar ketertinggalan dengan pemimpin global di bidang AI yang berada di luar negeri. Pembatasan ekspor Washington terhadap chip AI terbaru dari Nvidia, seperti A100 dan H100, telah mendorong China untuk mencari alternatif. Akibatnya, perusahaan-perusahaan China mengembangkan prosesor mereka sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat. Misalnya, model TeleChat2-115B memiliki sekitar 100 miliar parameter, sehingga dapat bersaing dengan platform mainstream.

China Telecom tidak menyebutkan perusahaan mana yang memasok chip desain domestik yang digunakan untuk melatih modelnya. Namun, seperti yang telah dibahas sebelumnya, chip Ascend dari Huawei memainkan peran penting dalam rencana AI negara ini.

Huawei, yang menghadapi sanksi dari AS dalam beberapa tahun terakhir, juga meningkatkan upayanya di bidang AI. Perusahaan ini baru-baru ini mulai menguji prosesor AI terbarunya, Ascend 910C, dengan klien potensial di pasar domestik. Perusahaan server besar di China, serta raksasa internet yang sebelumnya menggunakan chip Nvidia, sedang menguji kinerja chip baru ini. Prosesor Ascend dari Huawei, sebagai salah satu alternatif yang layak untuk perangkat keras Nvidia, dianggap sebagai komponen kunci strategi China untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing.

Selain Huawei, China Telecom juga bekerja sama dengan pembuat chip domestik lainnya, seperti Cambricon, sebuah startup China yang mengkhususkan diri dalam prosesor AI. Kemitraan ini mencerminkan kecenderungan yang lebih luas dalam industri teknologi China untuk membangun ekosistem solusi AI yang dibangun di dalam negeri, sehingga semakin melindungi negara dari dampak kontrol ekspor AS.

Dengan mengembangkan chip dan teknologi AI sendiri, China secara bertahap mengurangi ketergantungannya pada perangkat keras yang diproduksi di luar negeri, terutama GPU Nvidia yang sangat dicari dan mahal. Sementara sanksi AS menyulitkan perusahaan-perusahaan China untuk memperoleh perangkat keras Nvidia terbaru, pasar gelap untuk chip asing telah muncul. Daripada mengambil risiko beroperasi di pasar abu-abu, banyak perusahaan China lebih memilih untuk membeli alternatif berdaya lebih rendah, seperti model generasi sebelumnya, untuk tetap mendapatkan dukungan dan layanan resmi dari Nvidia.

Pencapaian China mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam pendekatannya terhadap teknologi AI dan semikonduktor, menekankan kemandirian dan ketahanan dalam ekonomi global yang semakin kompetitif dan menghadapi kebijakan perdagangan proteksionis Amerika.

What do you think?

Reactions