
5 Tools Docker Keren yang Wajib Dicoba !!

Docker kini jadi andalan banyak pengembang karena bikin pengelolaan kontainer lebih gampang dan praktis. Tapi, nggak bisa dipungkiri, kadang pakai Docker juga bisa bikin pusing. Untungnya, ada beberapa alat keren yang bisa membantu Anda bekerja lebih efisien dengan Docker. Yuk, cek 5 alat Docker terbaik yang wajib Anda coba!
1. Lazy Docker

LazyDocker adalah sahabat terbaik Anda untuk bekerja dengan Docker di terminal, Alat ini menyediakan antarmuka interaktif yang super praktis untuk mengelola kontainer dan Docker Compose. Daripada repot mengingat perintah-perintah Docker yang panjang, dengan LazyDocker, Anda cukup menavigasi dan mengatur semuanya hanya dengan beberapa tombol. Simpel, cepat, dan hemat energi!
Beberapa fitur utama meliputi:
- Lihat status kontainer, log, dan metrik secara sekilas
- Mulai ulang/hapus/bangun kembali kontainer dengan menekan satu tombol
- Pantau penggunaan sumber daya dengan grafik ASCII
- Pasangkan ke cangkang kontainer dengan mudah
- Pangkas wadah, gambar, dan volume yang tidak digunakan
- Dukungan mouse penuh untuk mengklik dan menggulir
Kalau Anda pengguna Windows, instalasi LazyDocker juga, Berikut langkah-langkahnya:
-
Pastikan Anda sudah menginstal Go di komputer Anda. Jika belum, unduh dan instal dari situs resmi Go.
-
Buka terminal (PowerShell atau CMD) dan jalankan perintah berikut untuk menginstal LazyDocker:
go install github.com/jesseduffield/lazydocker@latest
- Setelah selesai, tambahkan lokasi file executable LazyDocker ke PATH sistem Anda. Biasanya file executable-nya ada di folder:
C:\Users\[Nama_User]\go\bin
- Untuk memastikan instalasi berhasil, ketik
lazydockerdi terminal. Jika semuanya berjalan lancar, Anda langsung bisa menikmati antarmuka LazyDocker.
2. Sliplane
Sliplane adalah solusi hosting yang bikin penerapan kontainer Docker jadi super simpel, Meski bukan "alat" dalam arti konvensional, platform ini dirancang khusus untuk mempermudah perusahaan yang bekerja dengan kontainer Docker.
Dengan antarmuka yang ramah pengguna dan alur kerja yang mulus, Sliplane memungkinkan Anda fokus pada pengembangan tanpa harus pusing dengan detail teknis deployment. Cocok banget buat tim atau perusahaan yang pengen solusi cepat, efisien, dan andal untuk mengelola aplikasi berbasis Docker.
Fitur utama yang membuatnya luar biasa untuk penerapan Docker:
- Push-to-deploy dari GitHub atau Docker Hub
- Penerapan tanpa waktu henti
- Pemeriksaan kesehatan otomatis dan pemberitahuan
- Pencatatan dan pemantauan bawaan
- Model bayar per server (menampung kontainer tanpa batas pada satu server)
Hal terbaik dari Sliplane? Anda nggak perlu jadi ahli DevOps untuk menggunakannya, Selama aplikasi Anda berjalan lancar di kontainer secara lokal, itu sudah cukup untuk langsung diterapkan ke produksi.
Caranya gampang banget:
- Hubungkan repo GitHub Anda atau cukup arahkan ke image di Docker Hub.
- Deploy aplikasi Anda tanpa ribet.
Harganya juga cukup jelas Anda membayar untuk server (mulai dari 7€/bulan) dan dapat menampung sebanyak mungkin kontainer yang Anda inginkan. Sempurna untuk saat Anda memiliki beberapa proyek kecil atau membutuhkan lingkungan pengembangan.
Berikut ini adalah tampilan proses penyebarannya:

Yang lebih asyiknya lagi, Sliplane menawarkan percobaan gratis selama 2 hari Jadi, Anda bisa cobain dulu dan lihat apakah platform ini sesuai dengan kebutuhan proyek Anda tanpa harus langsung bayar.
3. Dive

Dive adalah alat keren untuk menjelajahi dan menganalisis gambar Docker, lapis demi lapis. Dengan Dive, Anda bisa melihat file apa saja yang berubah di setiap lapis dan menemukan cara untuk mengecilkan ukuran gambar dengan menyorot file yang terduplikasi atau ruang yang terbuang.
Antarmuka interaktifnya memudahkan Anda menelusuri pohon sistem berkas, sambil menunjukkan perubahan yang terjadi di setiap lapis. Cara memulainya? Mudah banget, cukup jalankan perintah berikut:
dive <your-image-tag>
Dengan Dive, Anda akan mendapatkan UI interaktif yang keren untuk menjelajahi gambar Docker Anda, seperti yang bisa dilihat pada gif di atas.
Lebih seru lagi, Anda bisa membuat alias dan menjalankan Dive langsung dalam kontainer Docker, jadi Anda nggak perlu repot menginstalnya di komputer. Praktis banget, kan?
alias dive="docker run -ti --rm -v /var/run/docker.sock:/var/run/docker.sock wagoodman/dive"
dive <your-image-tag>
Keren sekali, ya? Membantu Anda memahami gambar dan menghemat ruang penyimpanan, siapa yang tidak suka itu?
https://media2.dev.to/dynamic/image/width=800%2Cheight=%2Cfit=scale-down%2Cgravity=auto%2Cformat=auto/https%3A%2F%2Fdev-to-uploads.s3.amazonaws.com%2Fuploads%2Farticles%2Fmh47jr7u4dxxuwpx2qug.png
4. Orbstack
Orbstack adalah alternatif desktop Docker yang saya andalkan. Keunggulannya terletak pada kenyataan bahwa ini adalah aplikasi asli untuk macOS dan tidak memerlukan Docker Machine untuk membuat VM, membuatnya jauh lebih cepat dan hemat sumber daya.
Walaupun aplikasi ini masih baru dan ada beberapa kekurangan, saya rasa sangat layak untuk dicoba! Namun, saat ini Orbstack hanya mendukung macOS, jadi mungkin akan menjadi kendala jika Anda menggunakan sistem operasi lain.
5. Watchtower

Watchtower adalah alat sederhana yang akan memantau citra Docker Anda dan secara otomatis memperbarui ke versi terbaru. Sangat mudah untuk diatur dan langsung berfungsi. Alat ini sangat berguna untuk lab rumahan atau proyek-proyek kecil, tetapi mungkin tidak cocok untuk lingkungan produksi yang lebih kompleks.
Anda dapat mencobanya dengan perintah berikut:
docker run -d \
--name watchtower \
-e REPO_USER=username \
-e REPO_PASS=password \
-v /var/run/docker.sock:/var/run/docker.sock \
containrrr/watchtower container_to_watch --debug
Fitur Utama:
- Pembaruan otomatis untuk image yang sudah di-deploy.
- Konfigurasi mudah dan hemat waktu.
Kesimpulan :
Alat-alat Docker seperti Lazy Docker, Dive, Orbstack, Siplane, dan Watchtower memudahkan pengelolaan kontainer dengan cara yang lebih efisien. Dari antarmuka interaktif hingga otomatisasi pembaruan citra, alat ini membantu meningkatkan produktivitas dan mengurangi kerumitan dalam pengelolaan Docker, baik untuk proyek lokal maupun pengembangan kecil.
What do you think?
Reactions



